Chapter 2: The Bicycle-Man **
Aku meracau tak karuan
sesampainya disalon, mengungkapkan amarahku tentang betapa “suai” nya aku
bertemu dengan cowok yang tak sedikitpun gentle dan bahkan, tidak menolong
seorang wanita saat terjatuh. Heran sekali, ada juga cowok yang seperti dia…
ingin sekali aku berubah menjadi seorang “boxer-lady” yang langsung menonjok
muka cowok itu sampai babak belur, dan mendengar dia meminta maaf karena tidak
bertindak layaknya seorang laki-laki sejati. “Ouch!!!, Sakit sekali, perih….”
Saat Ibu mengusapkan obat pada kaki
kiriku. “Makanya, tadikan Ibu suruh kamu bareng sama Ibu saja. Sekarang lihat
kan, jadi begini… kamu kan sudah lama tidak bersepatu roda, ya wajar kalau
jatuh begini”. “Masalahnya bu, aku jatuh ditabrak sepeda. Bukan jatuh sendiri.
Dasar cowok tidak gentle!!!. Baru selesai aku mengutuk cowok tidak jelas itu,
tiba-tiba ada suara orang menabrak pagar salon kami. Bibi Nancy langsung kaget
dan melatah. Aku pun tertawa geli saat beliau mengeluarkan latahan panjang
‘trademark’ nya itu. Bibi dan Ibu langsung bergegas melihat kedepan, sementara
aku mengeluh kesakitan karena luka kakiku. >.<
Didepan salon, amat riuh,
karena tampaknya penabrak ini, bukan hanya menabrak pagar salon kami saja,
melainkan beberapa tetangga juga mungkin ditabrak. “Freddy… kamu ga’ apa-apa
kan nak?”, aku mendengar ibu berteriak. Hmm… freddy? Fredddy, yang dulu pindah
ke Scotlandia itu. Teman kecilku?... aku langsung bergegas keluar,
perlahan-lahan mengingat kakiku yang masih nyut-nyutan ini. Aku melihat keluar
dan rupanya, cowok yang tadi menabrak aku itu Freddy…? Aku jelas shock… karena
Freddy sudah lama menghilang dari kehidupan kecilku. Semenjak dia pergi tanpa
ada alasan jelas, aku merasa sangat sedih, saking sedihnya aku ingat aku hampir
2 hari menangis, mengadu pada ibu mengapa dia pergi begitu saja. Bahkan, bisa
dibilang dia yang bisa membuat aku tertawa, karena dia amat clumsy. Dialah alasan kenapa aku membuat
blog, mencurahkan kesedihan yang selama ini aku rasakan. Dia begitu misterius,
aku hampir tidak tahu tentang dia, tapi yang jelas dulu aku begitu nyaman
berada didekatnya. Aku tidak canggung harus menyatakan isi hatiku pada dirinya.
Entah kenapa… mendengar namanya, seakan muncul kembali rasa itu… Ah… itu kan
dulu, lagipun dia mana mungkin mengingat hal itu, hal-hal yang sepatutnya hanya
diingat dimasa kecil. Dia membuka kacamatanya, dan aku tercengang sekali lagi…
Dia…!!!
Aku seakan tak percaya… apakah
aku salah orang? Tapi, tidak mungkin!!! Tidak mungkin seorang Freddy yang dulu
gemuk itu sekarang adalah Freddy yang ganteng dan atletis. Lantas, buat apa dia
kembali lagi ke Indonesia, setelah sekian lama seakan hilang ditelan bumi.
“Woi… Kamu kok ngelamun di depan salon? Bantuin cepat, ayo bawa dia kedalam”,
kejut Bibi nancy. Aku langsung kembali ke realita, dan melihat dia dengan amat
sinis. Aku lalu berbalik, lalu pelan-pelan masuk kedalam salon, tanpa
menghiraukan Freddy, atau siapapunlah dia… Didalam, Ibu mempersilahkan dia duduk
didepanku, dan Bibi Nancy menyuguhkan air putih pada dia. Aku tak bisa
pura-pura tidak melihat dia, karena dia begitu berubah. “kalian benar-benar
tidak kenal satu sama lain? April, dia kan Freddy. Teman kecil kamu..”, Bibi
Nancy memperkenalkan ulang padaku. “Teman kecil?? Aku tidak ingat punya teman
kecil…”, aku langsung marah dan bergegas keluar dari salon. Freddy mengejarku,
mengejarku ke taman. Lalu, memegang tanganku. Aku menepis. Lalu, meenamparnya.
“Kamu bukan siapa-siapa aku. Buat apa kamu kesini? Buat apa kamu memgang tangan
aku?”. Aku mencoba menahan airmataku. Entah kenapa aku ingin menangis melihat
dia disini, atau harus gembira karena paling tidak dia sudah kembali. “I’m sorry… I’m sorry… karena sudah pergi
tanpa kabar. Tanpa surat untuk kamu…”. Aku hanya bisa diam, tak tahu mau
berbicara apa. “I’m sorry for all this.
Making you fall, and make you bleed”… Cara dia meminta maaf terdengar
sungguh sincere. Tapi, aku bukan
cewek yang cepat terharu. Aku langsung menepis tangannya dan langsung pergi,
pergi meninggalkan dia ditaman. God,
kenapa aku bisa begitu emosi? Padahal, kejadian ini sudah lama sekali. Ini
lebih berat daripada menonton film dan drama-drama yang aku miliki. Huh, T.T…
aku tidak percaya, that I would care for him, after all this long time?? Kenapa
bisa begini… “a big piece of emptiness that I’ve
always had is back. However, why…? Why it is so hard to accept the fact that
he’s back??... *Apple*
photo courtesy: itsabobstory.blogspot.com |
Aku terbangun. Jam menunjukkan
pukul 02.00 pagi. Aku tertidur, saat mem-post comment ku di blog, dan kulihat
ada 1 comment. Kulihat dan ternyata berinisial A.M. aneh, tapi hampir tiap
comment yang aku post selalu dia balas. Kali ini, dia membalas, “If
the emptiness can fill you up, why rake up the past?”, A.M. termenung sejenak. Aku memikirkan kembali semua yang aku
telah perbuat. Mengapa aku bisa begitu marah?? Padahal, dia bukan siapa-siapaku
sampai aku harus begitu kesal padanya. Lagipun, waktu itu kami masih kecil, dan
kepergiannya itu bukanlah keputusan yang dia tentukan sendiri. Huh… okay,
baiklah. Kalau aku bertemu dengannya besok, aku akan langsung meminta maaf.
Yap!! Dan saat aku mengklik sebuah advertisement di internet, aku langsung
berfokus. Oh my gosh… Vicky Chandrasentana akan audisi pemain pengganti aktris
utama. Hmm, ini kesempatan bagus. Aku bisa audisi didepan Vicky, walau dengan
berbekal modal akting yang pas-pasan, ditambah dengan adegan-adegan drama seri
yang sering aku perankan sendiri, baiklah, aku akan mencobanya.
No comments:
Post a Comment